Kamis, 29 Oktober 2009

tugas promkes,perb.prilaku dampak dari promosi kesehatan

TUGAS PROMOSI KESEHATAN
DOSEN PEMBIMBING : BAPAK HUSEIN .S.KEP.Ners


JUDUL
PERUBAHAN PRILAKU DAMPAK DARI PROMOSI KESEHATAN








DISUSUN
O

L

E

H
KELOMPOK X
(sepuluh)


EKA SEPTINA SARI
NOORVINA
JEMIATI
SEPTIANA D K
YULIANTI R




AKBID SARI MULIA BANJARMASIN
ANGKATAN IV






KATA PENGANTAR


Pertama-tama kami mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT dengan berkat Rahmat dan RidhoNya serta HidayahNya kami dapat merampungkan penulsan makalah iniyang berjudul “Perubahan sikap dampak dari promosi kesehatan “.
Dalam proses penulisan makalah ini hingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tidak lepas atas bimbingan berbagai pihak yang membantu kami untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Husein. S. Kep.Ners, selaku dosen pembimbing dalam mata pelajaran
Promosi Kesehatan.
2. dan seluruh pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan penulisan
Makalah ini.

Dalam pembuatan/penyusunan makalah ini menyadari bahwa makalah ini memiliki kekurangan, untuk itu kami mengharapkan masukan baik berupa saran ataupun kritik agar makalah ini menjadi lebih baik dan dari semua itu kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan wawasan baru untuk kita semua.


Banjarmasin, Oktober 2009


Penulis












DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata pengantar

Daftar isi
Bab I : Pendahuluan
A.latar belakang
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan
D.Manfaat

Bab II : Tinjauan pustaka
A.Pengertian
B. Proses dan Faktor-faktor
C. Pengaruh dan pencapaian


BAB III: Kesimpulan dan Saran
A. kesimpulan
B .saran
Daftar pustaka















BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar belakang
Masalah kesehatan merupakan masalah penting yang tengah dihadapi oleh masyarakat kita ,baik yang menimpa laki-laki,perempuan, anak-anak maupun manula dari berbagai golongan itu tidak lepas pada ibu hamil,bayi dan balita juga.Dalam (GBHN-1999-2004 ) mengenai visi indosesia msa depan yang berbunyi terwujudnya masyarakat yang damai , demokratis, berkeadilan, berdaya asing, maju sejahtera yang didukung oleh manusia sehat, mandiri, beriman, bertakwa, berahlak mulia.
Dari visi yang diinginkan itu perlu adanya upaya dan usaha dalam melaksanakan semua itu namun apakah selama ini kita tidak berusaha dalam menempuh hidup sehat misalnya.
Kehidupan sehat yang dimaksud adalah kehidupan yang secara menyeluruh dimiliki oleh rakyat kita dari sabang sampai merauke.
Dari kesehatan itu :
akan muncul motifasi bagi dan untuk modal masyarakat dalam melakukan /menjalankan kehidupan dan pekerjaan sehari-hari.
Bisa diartikan lebih berharga dari apapun baik itu ego atau harta benda yang kita miliki dalam artian tanpa adanaya kesehatan itu tak berarti apa-apa baik jabatan, maupun harta benda yang kita miliki.
Perilaku hidup sehat juga sangat mendukung dalam memaknai kesehatan hidup yang dilakukan karma akan berdampak buruk apabila pola kehidupan yang dijalani tidak sehat sehubungan dengan kesehatan reproduksi.
Dengan memiliki kesehatan sedini mungkin merupakan jaminan kita untuk masa depan yang baik dalam menjalani hidup tua nanti.
Ada enam hal yang menyulitkan lagi dimana pengeluaran biaya kesehatan akan makin meningkat dikarenakan tingkat inflasi,tingkat permintaan ,prubahan pola penyakit,perubahan pelayanan kesehatan , perubahan pelayanan kesehatan dengan pasien dan lemahnya mekanisme pengendalian biaya dan penyalah gunaan asuransi kesehatan(menurut Prof Dr dr Asrul Azwar)
Ada tiga unsur megukur keberhasilan pengembangan manusia melaui HDI yaitu umur harpan hidup,pendidikan, ekonomi( laporan Human development Report (HDI) dari United Nation Development Progran(UNDP) 2000.
Dari laporan tersebut didapati indek kualitas manusi Indonesia masih jauh tertinggal dengan Negara-negara lain.
Gerakan aksi untuk mewujutkan manusia berkualitas ,tanggap, tangguh dan sehat diperlukan penggalangan dan pembinaan kesehatan disemua lapisan masyarakat melalui wacana sehat yang berorientasi pada upaya pencegahan, pengobatan, dan rehabilitatif dengan menggalang keikut sertaan pemberdayaan keluarga dan masyarakat.
Mempertajam sasaran promosi kesehatan pada berbagai wacana kehidupan agar menjadi kawasan yang sehat meliputi antara lain rumah tangga sehat, institusi pendidikan yang sehat , tempay kerja yang sehat, tempat umum (pasar, tempat layanan kesehatan)yang sehat meliputi adanya pelayanan berbagai bentuk sepeti peyuluhan ,pelayanan kesehatan ibu dan anak dan keluarga berecana, pemenuhan pangan dan perbaikan gizI
( drg H Saifuddin Ali Anwar SKM, coordinator widyaiswara Bapelkes salaman dan pimpinan pondok sisemut unggaran).
Nilai HDI, rangking Indonesia dan Negara lain
Negara Umur harapan hidup
Indonesia 65.6
Singapura 77.3
Brunei 75.5
Malaysia 72.2
Thailand 68.9
Filipina 68.6
Vietnam 67.6
Myanmar 60.6
Cina 70.1
Jepang 80.0
(sumber Human Development Report UNDP 2000)
Copyright 1996 suara merdeka


B. Rumusan masalah
Berdasarkan data yang tertera pada latar belakang, maka rumusan masalah pada tulisan ini akan memberikan gambaran terhadap perubahan sikap /perilaku dampak dari promosi kesehatan yang dialami masyarakat.


C.Tujuannya
Tujuan kami dalam pembuatan makalah ini adalah :
1. umum :
- agar kita dapat melihat perubahan perilaku terhadap penerimaan promosi kesehatan yang diberikan kepada masyarakat baik yang diberikan pemerintah maupun kalangan swasta.
2.khusus :
- untuk mengetahui pengertian perubahan prilaku sehat sehubungan dengan promosi Kesehatan.
yang mempengaruhi perilaku akibat promosi kesehatan
pengaruh dan pencapaian promosi kesehatan yang dipromosikan pada masyarakat dan hasil penerimaan masyarakat.
D. Manfaat
Bagi kita para mahasiswa yang masih dalam pembelajaran yaitu diharapkan lebih dapat memahami sampai dimanakah promosi kesehatan ini dapat mempengaruhi prilaku masyarakat kita.
Bagi masyarakat umum semoga dapat mengetahui dan memahami tujuan dan harapan yang akan dicapai oleh pelaku/petugas promosi kesehatan .




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Pengertian
Perilaku sehat : sikap dan tidakan proaktif untuk memelihara dan mecegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Semua prilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat adalah wujud keberdayaan masyarakat yang sadar , mau dan mampu mempraktekkan perilaku hidup bersi dan sehat dalam hal ini pemerintah memprioritaskan program yaitu KIA,Gizi, Kes- Ling, gaya hidup, dana sehat/asuransi kesehatan. Program perilaku hidup bersih dan sehat adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan , keluarga, kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi , memberi informasi untuk meningkatkan pengetahuan ,sikap, perilaku, melalui pendekatan pimpinan(advokasi),bina suasana(social support) dan pemberdayaan masyarakat. Dengan demikian asyarakat dapat mengenali dan mengatasi masaahnya sendiri, terutama dalam tatanan masing-masing dan masyarakat dapat menerapkan cara-cara hidup sehat denagn menjaga, memelihata dan meningkatkan kesehatannya.
(sumber : PHBS Juli 29 2008 in kesehatan masyarkat oleh Saifudin Ali Anwar- /p://creasoft.wordpress.com/2008/07/29/perilaku-hidup-bersih-dan-sehat-pbhs)
Dengan adanya pembangunan kesehatan melalui promosi kesehatan diharapka terjadinya perubahan prilaku yang terciptanya harapan-harapan diatas, misalnya penyakit menular yang menjadi masalah serius di masyarakat seperti TBC, ISPA, Kusta dll serta penykit tidak menular yang kian meningkat seperti diabetes, hipertnsi, penyakit penyakit kardiovaskuler dll, perubahan gaya hidup semakin buruk seperti merokok, tidak berolah raga konsumsi makanan yang berlemak dan strees .Sejalan dengan peralihan konsep pelayanan hidup sehat sesuai perubahan paradigma kesehatan , terjadi perubahan orientasi pelayanan dari orientasi sakit ke orientasi sehat dari masyarakat yang telah lama terbiasa pada konsep dengan pola setelah sakit baru mencari obat menuju sehat .Sekarang dihadapkan dengan konsep dan pola mencegah penyakit jauh lebih baik dari mengobatinya. Dan pencegahan hanya bisa dilakukan oleh kita si pemilik tubuh melalui pelaksanaan ‘gaya hidup sehat’ yang konsisten dan berkesinambungan. Cara hidup sehat juga dapat dilakukan dengan doa atau disability oriented approach yakni bagaimana berbuat yang sederhana untuk mrnyadarkan masyarakat untuk membenci penyakit ,sehungga dengan sendirinya orang akan melakukan perilaku hidup sehat dan menyadari bahwa apa yang dilakukan membawa manfaat bagi dirinya dan juga orang lain(Menurut guru besar Promkes Unhas ,Prof.Rusli.)
(Sumber: Kesehatan hak dan gaya hidup , oleh Emma sukmawati,M.Si kepala dinas kesehatan kota palu dan mahasiswa pascasarjana promosi kesehatan – Unhas Palu)

B. Proses dan Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku
Menurut Prof .Rusli ada 2 (dua )hal penting yang jitu untuk mengajak masyarakat menjdikan “sehat” sbagai bagian dari “gaya hidup pada masyarakat yakni :
1.Hidup sehat tanpa obat, suatu pola hidup sehat yang dilaksanakan sepenuhnya melalui pengalaman perilaku sehat khususnya pada pelaksaan pencegahan dalam menjaga kesehatan sebelum sakit.
2.Sadar sehat suatu pola hidup sehat lanjutan setelah mengamalkan hidup sehat tanpa obat dengan kesiapan untuk mengamalkan tingkat pencegahan secara terus menerus tanpa henti sehingga menjadi hal yang tidak dianggap paksaan.
Dalam program promosi kesehatan dikenal dengan adanya model L W Green, model ini mengkaji masalh prilaku manusia dan factor – factor yang mempegaruhinya, serta menindaklanjuti dengan berusaha mengubah , memelihara, atau mrningkatkan perilaku tersebut kerah lebih positf juga dengan proses pengkajiannya.
Proses pengkajiannya :
Kualitas hidup : adalah sasaran utama yang ingin dicapai dibidang pembangunan sehingga kwalitas hidup ini sejalan dengan tingkat kesejahteraan
Derajat kesehatan : adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam bidang kesehatan ,dengan adanya derajat kesehatan akan tergambar masalah kesehatan yang sedang dihadapi.

Faktor- faktornya :
Factor lingkungan : adalah factor fisik ,biologis, dan social budaya
Factor perilaku dan gaya hidup adalah suatu fator yang timbul karena adanya aksi dan reaksi seseorang atau organisme terhadap lingkungan.
Ada 3 (tiga) factor penyebab mengapa seseorang melakukan perilaku tertentu:
Factor pemungkin adalah factor pemicu terhadap prilaku yang memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana
Faktor pemudah adalah factor pemicu terhadap prilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku
Faktor penguat adalah factor yang y ang mementukan apakah tindakan memperoleh dukungan atau tidak

Ketiga factor ini merupakan temasuk ruang lingkup promosi kesehatan ,motivasi,aspirasi, dan dukungan merupakan sesatuan terbentunya perubahan perilaku dari promosi kesehatn.

C. Pengaruh dan pencapaian promosi kesehatan yang dipromosikan pada masyarakat dan hasil penerimaan masyarakat.
Promosi Kesehatan adalah suatu proses memandirikan msyarakat agar dalam memelihata dan meningkatkan kesehatannya( Ottawa Charter 1986)
Promosi kesehatan lebih menekankan pada lingkungan untuk menjadikan terjadinya perubahan prilaku. Contohnya masyarakat dihimbau untuk membuang sampah ditempatnya,himbauan ini tidak akan terlaksana dan berjalan apabila tidak diikuti dengan fasilitas tempat sampah yang memadai. Dari semua itu haruslah juga ada perlakukan kegiatan yang meliputi adanya :
Sumber daya manusia tujuannya untuk meningkatkan pemahaman dan komitmen dalam mengelola dan melaksanakannya. Adanya pemantauan tujuannya mengidentifikasi kebutuhan sarana apakah sesuai dengan yang diharapkan .
Dari hasilnya nanti akan kelihatan apakah promosi ini akan merubah prilaku masyarakat yang tadinya belum melaksanakan menjadi hal yang telah dilakukan.
Pengaruhnya sangatlah berandil besar bagi kelangsungan kehidupan masyarakat ,dari masyarakat dan untuk masyarakat itu sendiri. Apabila semua ini dipahami dengan baik dan sungguh-sungguh maka dalam penyampaian promosi kesehatan ini tidak lah sulit untuk melanjutkankannya terutama pihak yang bertugas dalam penanganan masalah promosi kesehatan ini dan sasaran umur harapan hidup akan mengalami kemajuan .
Menghasilkan dengan adanya pengertian dan pemahaman maka sesungguhnya intervensi dan ketidakadilan ,ketidak acuhan apapun bentuknya yang mengakibatkan ketidaksehatan tubuh manusia ,kejiwaan, lingkungan alam, dan lingkungan sosialnya adalah merupakan pelanggaran “sehat adalah hak setiap orang”
Dengan mnegetahui hal tersebut bahwa sehat kewajiban kita bersama khususnya petugas kesehatan dan pemerintah untuk memberikan pelayanan kesehatan yang optimal ,oleh karena itu peran masyarakat dalam bentuk kewajiban didalamnya dalam pembinaan dan pemberdayaan masyarakat sangat pening adalah bagainama mengajak dan menggairahkan masyarakat untuk dapat tertarik bertanggung jawab sehinga problem yang ada dimasyarakat dapat teratasi .
Hasil penerimaan masyarakat dapat dilihat dari data propil dinas kesehatan kota Palu.
PENYAKIT % TAHUN
ISPA 20.92 2005
HIPERTENSI 19.12 2005
ISPA 16.61 2006
HIPERTENSI 22.18 2006
HIPERTENSI 11.29 2007

Dari data diatas maka terdapat penurunan persentase penyakit seiring sudah mengertinya dan pemahaman akan sehat .



BAB III
Kesimpulan dan Saran
A. kesimpulan
1.Perilaku sehat : sikap dan tidakan proaktif untuk memelihara dan mecegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.
2.melalui promosi kesehatan diharapka terjadinya perubahan prilaku yang terciptanya harapan-harapan diatas, misalnya penyakit menular yang menjadi masalah serius di masyarakat seperti TBC, ISPA, Kusta dll serta penykit tidak menular yang kian meningkat seperti diabetes, hipertnsi, penyakit penyakit kardiovaskuler dll, perubahan gaya hidup semakin buruk seperti merokok, tidak berolah raga konsumsi makanan yang berlemak dan strees.
3.Proses pengkajiannya: Kualitas hidup, Derajat kesehatan.
factor –faktor yang mempengaruhi : Factor lingkungan : adalah factor fisik ,biologis, dan social budaya
Factor perilaku dan gaya hidup adalah suatu fator yang timbul karena adanya aksi dan reaksi seseorang atau organisme terhadap lingkungan.
4.Pengaruh dan pencapaian promosi kesehatan yang dipromosikan pada masyarakat
Menghasilkan dengan adanya pengertian dan pemahaman maka sesungguhnya intervensi dan ketidakadilan ,ketidak acuhan apapun bentuknya yang mengakibatkan ketidaksehatan tubuh manusia ,kejiwaan, lingkungan alam, dan lingkungan sosialnya adalah merupakan pelanggaran “sehat adalah hak setiap orang” .

B.Saran
- untuk kita sebagai pelaku kesehatan dan penyuluh kesehatan diharapkan dapat memberikan contoh dalam melakukan perubahan perikaku sehat untuk diri sendiri , keluarga, dan masyarakat mulai dari yang contoh kecil saja dulu misalnya membuang sampah pada tempatnya dan perilaku hidup bersih dan sehat.
- untuk masyarakat pada umumnya agar sadar hidup sehat ini diamalkan denan sungguh-sunguh da berkesinambungan menuju masyarakat sehat sejahtera.



Daftar pustaka
(sumber Human Development Report UNDP 2000)
Copyright 1996 suara merdeka
(Sumber: Kesehatan hak dan gaya hidup , oleh Emma sukmawati,M.Si kepala dinas kesehatan kota palu dan mahasiswa pascasarjana promosi kesehatan – Unhas Palu)
(sumber : PHBS Juli 29 2008 in kesehatan masyarkat oleh Saifudin Ali Anwar- /p://creasoft.wordpress.com/2008/07/29/perilaku-hidup-bersih-dan-sehat-pbhs)
www.google.com

Jumat, 09 Oktober 2009

sejarah promosi kesehatan

Keberadaan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat/Promosi Kesehatan sangat ditentukan oleh tenaga pendukungnya. Selama ini sejak dari periode awal hingga kini pada umumnya tenaga Penyuluh Kesehatan Masyarakat/Promosi Kesehatan adalah orang-orang yang peduli (concern) pada bidang ini. Tapi karena jumlahnya sangat terbatas dan berada dalam lingkup struktur yang terbatas serta tidak strategis, maka gemanya kurang terdengar. Dalam hal ini, pengalaman menunjukkan, bahwa pengakuan terhadap eksistensi Promosi Kesehatan dan pengembangannya termasuk ketenagaannya pada saat ini tidaklah diperoleh dengan mudah. Artinya ada suatu proses panjang yang cukup melelahkan yang harus ditempuh untuk dapat mencapai situasi seperti sekarang.
Pengadaan tenaga khusus Pendidikan/Penyuluhan Kesehatan Masyarakat sebenarnya sudah dirasakan jauh sebelum dibentuknya suatu unit khusus dalam struktur Departemen Kesehatan. Bahkan pada masa perintisan Pendidikan Kesehatan Rakyat di era pemerintahan Hindia Belanda sekitar awal abad 20 (1911) di Banyumas telah didirikan Sekolah Juru Hygiene yang menghasilkan sejumlah Juru Hygiene yang bekerja melakukan propaganda kepada masyarakat. Para Juru Higiene ini bekerja di daerah perkebunan yang penduduknya banyak menderita penyakit cacing tambang dengan menjadi tenaga propaganda yang memperkenalkan cara mencegah dan memberantas serta mengobati penyakit ini.
Kemudian pada masa awal kemerdekaan, sekitar tahun 1948, kesadaran akan perlunya pendidikan kesehatan kepada rakyat diwujudkan melalui pendirian Sekolah Penyuluh Kesehatan di Magelang yang mempunyai daerah percontohan di Magelang dan Yogyakarta. Tenaga-tenaga ini diadakan secara sporadis di beberapa daerah yang merupakan perintisan pendidikan kesehatan rakyat. Mereka ditugasi untuk melakukan penyuluhan di bidang hygiene dan sanitasi untuk mencegah penyakit menular yang waktu itu menimpa sebagian penduduk terutama di perdesaan. Tenaga-tenaga ini pada dasarnya adalah tenaga sanitasi yang diberi kemampuan propaganda atau penyuluhan.Tetapi yang jelas tenaga-tenaga ini belumlah merupakan tenaga propaganda atau pendidikan kesehatan secara khusus tetapi tenaga sanitasi atau perawat yang diberi ketrampilan propaganda/pendidikan.
Pendidikan dan pelatihan tenaga pendidik atau penyuluh kesehatan ini juga dilakukan pada era KMD/PKR, khususnya di daerah percontohan Lemah Abang, Bekasi, dalam bimbingan Dr. Sulianti Sarosa. Pada waktu itu dikembangkan “Rural Health Team” yang terdiri dari beberapa tenaga dari berbagai disiplin yang dengan cara “learning by doing” dan dengan semangat tim (team spirit) melakukan kegiatan kesehatan masyarakat desa. Beberapa alumni dapat disebutkan, a.l. Dra. Koesnaniah Wirja Mihardja, Prof. Dr. Buchari Lapau, Drs. Putu Lawa Udayana, dll. Beberapa orang juga dikirim belajar ke luar negeri, seperti ke Beirut. Lebanon, India dan juga USA.
Arti penting pendidikan kesehatan pada akhir tahun 1960-an dan awal tahun 70-an menuntut dikembangkannya tenaga khusus penyuluhan kesehatan yang disebut sebagai Health Education Specialist. Sekitar tahun 1968 dalam Rapat Kerja (Workshop) Nasional a.l. dikemukakann tentang pentingnya pendidikan kesehatan dan kemudian diputuskan bahwa Pendidikan Kesehatan merupakan suatu usaha utama dan mutlak untuk merealisasikan puskesmas. Dan dalam kesempatan itu direkomendasikan a.l. “pengembangan staff yang qualified melalui pendidikan Health Education Specialist”.
Rekomendasi ini baru dapat diwujudkan pada tahun 1971 dalam bentuk Pendidikan Tenaga Ahli Pendidikan Kesehatan Masyarakat (Health Education Specialist). Upaya ini mendapatkan dukungan dana dan konsultan dari WHO dan USAID dan disebut sebagai Health Education Manpower Development Project. Tenaga-tenaga ini diharapkan menjadi advocator, motivator dan katalisator bagi penyusunan kebijakan dan keputusan pembangunan kesehatan masyarakat. Tenaga-tenaga ini direkrut dari berbagai disiplin ilmu dan dididik dalam berbagai perguruan tinggi di luar dan di dalam negeri. Mereka dididik dan dipersiapkan untuk menjadi tenaga pengelola PKM di tingkat nasional dan provinsi. Sejatinya, tenaga-tenaga ini dipersiapkan untuk menduduki jabatan atau fungsi penyuluhan kesehatan pada institusi kesehatan utamanya penyuluhan kesehatan di pusat dan provinsi maupun institusi di luar kesehatan.
Ada dua model yang dikembangkan melalui pendidikan tenaga ahli PKM ini yaitu pendidikan model BOC dan pendidikan model FKM-UI. Pendidikan model pertama melalui tahapan basic orientation course (BOC) selama 6 bulan di Cilandak diikuti dengan pengalaman lapangan selama 6-12 bulan di Bandung dan dilanjutkan dengan pendidikan S2 (Master) di universitas-universitas di Amerika Serikat selama 1 tahun. Model pertama berlangsung selama 2 angkatan mencakup 31 orang. Pendidikan model kedua melalui pra-SKM selama 6 bulan, diikuti pendidikan SKM (Master) selama 1 tahun dan diakhiri dengan pengalaman lapangan selama 6 bulan. Seluruhnya diselenggarakan di FKM-UI. Model kedua juga berlangsung selama 2 angkatan berjumlah 30 orang.
Selama mengikuti kegiatan pengalaman lapangan (work experience program), peserta (calon HES khususnya angkatan I dan II) ditempatkan di Puskesmas. Mereka melakukan study untuk mengenali masyarakat dengan menggunakan antropological approach. Mereka tinggal di desa dan hidup bersama masyarakat desa. Hasil study itu disampaikan kepada masyarakat desa, lalu diadakan temu atau musyawarah desa untuk menyepakati hal-hal yang perlu dilakukan untuk membangun masyarakat desanya. Model inilah yang kemudian nanti berkembang menjadi apa yang disebut dengan “Pendekatan Edukatif”.
Peserta juga mengembangkan program pendidikan kesehatan yang melekat pada masing-masing program kesehatan. Mereka ini mula-mula mengikuti kegiatan setiap petugas puskesmas (bidan, perawat, sanitarian, petugas UKS, tenaga gizi, juga dokter), kemudian bersama masing-masing mereka mendiskusikan aspek pendidikan kesehatan yang dapat dilakukan oleh masing-masing tenaga kesehatan itu dalam program atau kegiatan masing-masing.
Setelah di Puskesmas, peserta (calon HES) itu melakukan hal yang sama di tingkat kabupaten (bersama staf Dinas Kesehatan Kabupaten) dan juga di tingkat provinsi (bersma staf Dinas Kesehatan Provinsi). Para peserta bolak-balik antara lapangan dengan klas. Dalam klas ini mereka memperoleh bimbingan para konsultan (adviser dari WHO dan USAID) dan supervisor (bapak Putulawa Udayanan dan Bapak I.B. Mantra).
Tenaga-tenaga ini kemudian setelah lulus (angkatan I sd IV) ditempatkan sebagian di Direktorat PKM, dan sebagian lainnya di Pusdiklat, Ditjen Binkesmas, Asuransi Kesehatan dan FKM di beberapa universitas negeri serta di Dinas Kesehatan Provinsi (Unit PKM). Perkembangan karir mereka bervariasi mulai dari staf sampai yang menjabat eselon 2 di Pusat PKM dan dari dosen/widyaiswara hingga anggota Tim Pemberantas Korupsi. Ada juga yang menjabat eselon I di Departemen lain / Lembaga Non Departemen. Selaras dengan perkembangan pada waktu itu, ada juga beberapa tenaga lulusan ini yang beralih ke bidang-bidang lain baik yang masih berkaitan dengan penyuluhan kesehatan maupun yang tidak banyak berkaitan dengannya. Walaupun demikian kehadiran tenaga-tenaga ini di posisinya masing-masing cukup mewarnai perkembangan penyuluhan kesehatan secara khusus dan pembangunan kesehatan pada umumnya.

Pada pertengahan tahun 1970-an berhubung dengan dirasakannya kesenjangan antara tenaga ahli di provinsi dan tenaga PKM di kabupaten/kota, maka diperkenalkan suatu bentuk pelatihan praktis yang berjangka waktu singkat untuk petugas PKM lapangan. Pelatihan ini diselenggarakan bersama FKM-UI dengan menggunakan pendekatan modul. Pelatihan ini berjangka 3 bulan dan mengambil model pendidikan ahli PKM yang disederhanakan. Yaitu pendidikan teori di kelas selama 2 bulan dan dilanjutkan dengan pengalaman lapangan (magang) selama 1 bulan. Pelatihan ini diselenggarakan di Jakarta (Direktorat PKM) dan juga disebar di beberapa provinsi yang dianggap mampu menyelenggarakan yaitu di Bandung (Jawa Barat), Semarang (Jawa Tengah), Surabaya (Jawa Timur) dan Makassar (Sulawesi Selatan). Dalam rangka penyetaraan pengetahuan dan ketrampilan didoronglah provinsi-provinsi lain untuk mengirimkan tenaganya agar dapat dilatih pada lokasi pelatihan yang terdekat pada mereka. Misalnya NTT dan NTB mengirimkan petugasnya ke Surabaya.
Dengan didukung dana APBN melalui proyek PKM provinsi diperkirakan hampir seluruh kabupaten/kota dari seluruh provinsi di Indonesia (termasuk prov Timtim waktu itu) telah mengikuti pelatihan tersebut. Tenaga-tenaga inilah yang kemudian disebut Wakil Koordinator (Wator) PKM yang ditempatkan kembali di kabupaten/kota untuk mengembangkan antara lain daerah percontohan kabupaten/kotanya yang disebut daerah kerja intensif (DKI) PKM disamping tugas-tugas PKM yang lain.

Pada waktu itu telah dipikirkan juga untuk mengembangkan tenaga PKM di tingkat Puskesmas yang mendapatkan pelatihan yang mirip dengan pelatihan Wator dengan masa pelatihan yang lebih singkat lagi. Sayang sekali rencana ini tidak berjalan mulus terkendala dengan anggaran yang terbatas dan banyaknya jumlah tenaga yang harus dilatih. Akhirnya rencana tersebut hilang begitu saja yang berakibat pada belum sempat disiapkan dan diadakannya tenaga operasional di tingkat akar rumput/puskesmas. Dengan kata lain, upaya penyuluhan kesehatan di tingkat terdepan belum mendapatkan perhatian dan sentuhan yang memadai dan tentu saja hal ini mempengaruhi perkembangan PKM dan kesehatan pada umumnya.
Dalam era otonomi daerah di masa kini, pengembangan tenaga operasional promosi kesehatan perlu dihidupkan kembali dan jika memungkinkan merekrut serta menyebarkan tenaga jabfung PKM yang rencananya akan ditempatkan pada puskesmas-puskesmas di seluruh Indonesia. Hal ini menjadi semakin mendesak lagi setelah menyaksikan perkembangan penyakit lama dan baru yang bertubi-tubi mengancam dan menimpa sebagian atau seluruh bangsa dan rakyat Indonesia.

sekitar akhir tahun 1980-an dan awal 1990-an lahir suatu konsep pemikiran tentang profesionalisme tenaga birokrasi pemerintahan melalui jabatan fungsional. Artinya untuk meningkatkan pelayanan publik, struktur yang ada sekarang sudah tidak memadai lagi dan harus didukung oleh tenaga fungsional yang bermakna professional yang menguasai ilmu dan teknologi profesi yang bersangkutan dan terampil melaksanakannya.
Untuk mengembangkan program PKM jelas diperlukan jabatan fungsional PKM disamping tentunya tenaga jabatan struktural yang sudah ada di berbagai tingkatan administratif. Pada waktu itu di lingkungan kesehatan sendiri baru dibentuk beberapa tenaga jabatan fungsional seperti dokter, dokter gigi dan perawat. Lalu diikuti dengan tenaga professional yang bersifat umum seperti penata komputer, pustakawan, arsiparis, dll. Sedangkan di lingkungan pertanian misalnya dibentuk penyuluh pertanian, penyuluh perikanan, kehutanan dan lain-lain.
Pembentukan jabatan fungsional penyuluh Kesehatan masyarakat sebenarnya dimulai pada tahun 1989, tetapi baru intensif dilakukan pada tahun 1992. Selanjutnya. Proses pembahasannya melibatkan berbagai pihak seperti MENPAN, BAKN (sekarang BKN), Biro kepegawaian Depkes., Pusat PKM, Direktorat BPSM, Unit PKM Provinsi, Perguruan Tinggi, Organisasi Profesi bahkan sector-sektor lain yang sudah berpengalaman dalam membentuk dan mengembangkan jabatan fungsional masing-masing. Kendala utama yang dihadapi hádala pengakuan terhadap penyuluhan kesehatan sebagai sutau profesi.
Setelah melalui proses panjang dengan kerja keras dan melelahkan serta mengalami masa-masa yang sulit, akhirnya Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN) menetapkan terbentuknya Jabatan Fungsional Penyuluh Keshatan Masyarakat (PKM) pada tahun 2000 melalui Keputusan MENPAN No. 58/M.PAN/VIII/2000 tanggal 14 Agustus 200. Keptusan ini mengacu pada KEPPRES No. 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan Pegawai negeri Sipil. Terbentuknya jabatn fungsional PKM ini dari awal kurang menjanjikan, karena sudah diberikan batasan bahwa sepanjang kondisi keuangan negara Belem memungkinkan makan tunjang jabatan tidak disediakan. Tetapi untunglah angka kreditnya sudah dapat diperhitungkan untuk kenaikan pangkat/jabatan.

Pada awalnya, tenaga yang terjaring sekitar 200-an orang dan kini berdasarkan data bulan Februari 2005 telah terdaftar sebanyak kira-kira 856 orang yang terdiri dari 98 tenaga ahli dan 758 tenaga trampil. Penyebarannya kebanyakan tenaga ini berada paling jauh di tingkat kabupaten atau kota, malahan yang terbanyak berada pada di pusat dan provinsi. Sedangkan di puskesmas-puskesmas sebagai fron terdepan dari promosi kesehatan ketersedian tenaga PKM jauh daripada memadai.
Sebagai contoh, di Pusat Promosi Kesehatan diantara 75 pegawai terdapat 37 tenaga jabatan fungsional penyuluh kesehatan dan 5 arsiparis. Jabatan struktural berjumlah 11 orang, dan staff sebanyak 22 orang. Dari 37 orang ini terdiri dari 19 orang Penyuluh Kesehatan Ahli dan 18 orang Penyuluh Kesehatan Terampil. Masih ada beberapa orang pejabat fungsional PKM yang berada di Direktorat Kesehatan Komunitas (5 orang), Direktorat Gizi ( 7 orang), Direktorat Kesehatan Khusus 1 orang, Sekretariat Ditjen Binkesmas 4 orang, dan di UPT Pusat 9 orang

Namanya memang Tenaga Penyuluh Kesehatan Masyarakat, tetapi dalam pengertian dapat dimengerti bahwa tenaga tersebut adalah juga tenaga promosi kesehatan. Dalam bab tentang Pengertian umum disebutkan bahwa Jabatan fungsional ádalah jabatan profesional sebagai pelaksana teknis fungsional pada unit tertentu. Sedangkan Penyuluh Keshatan Masyarakat ádalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tangungjawab dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan penyuluhan keshatan masyarakat/promosi kesehatan secara profesional.
Kegiatan yang diemban oleh pejabat fungsional ini ádalah: Promosi Kesehatan/Penyuluhan Kesehatan Masyarakat yang bermakna sebagai proses pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat agar mereka mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Persyaratan menjadi Penyuluh Kesehatan Masyarakat tentu yang bersangkutan sudah diangkat sebagai PNS, telah melaksanakan tugas PKM/PROMKES sekurang-kurangnya 2 tahun dan DP3 ( Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan) dalam 2 tahun terkahir bernilai baik. Pada awalnya tenaga fungsionalo PKM ini diangkat melalui Inpassing yang berakhir pada Bulan Desember 2001, dan selanjutnya untuk pengangkatan pertama kali adalah, PKM Terampil : Berijazah D III kesehatan señalan dengan kebutuhan di daerah, maka minimal pendidikan tersebut akan direvisi menjadi DI kesehatan. PKM Ahli : minimal berijazah D IV dan menduduki pangkat Penata Muda ( III a ). Jenjang kepangkatan dari PKM Terampil dari golongan II/b hingga III d, sedangkan PKM Ahli dari golongan III a hingga IV c.
Tugas pokok jafung PKM adalah : Penyuluh Kesehatan adalah melaksanakan: a). Advokasi, Bina Suasana, dan pemberdayaan masyarakat; b) melakukan penyebarluasan infromasi; c) membuat rancangan media; d) melakukan penlitian/pengkajian perilaku masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan; e) merencanakan intervenís dalam rangka mengembangkan perilaku masyarakat yang mendukung kesehatan. Yang membedakan antara kedua jenis tenaga ini adalah : tugas dan kompetensi, kualifikasi pendidikan serta pangkat awal. Tugas PKMterampil meliputi kegiatan teknis operacional yang bersifat keterampilan,s edangkan PKM Ahli meliputi pengembangan pengetahuan, penerapan konsep dan teori, ilmu dan seni untuk pemecahan masalah dan proses pembelajaran secara sistematis.
Selanjutnya disebutkan bahwa Angka kredit : adalah statu angka yang diberikan berdasarkan penilaian atas prestasi yang sudah dicapai seorang penyuluh kesehatan masyarakat dalam mengerjakan kegiatan yang digunakan sebagai salah satu syarat pengangkatan dan kenaikan pangkat Penyuluh Kesehatan Masyarakat. Sedangkan mengenai Tim Penilai/Instansi yang berwenang dapat dibedakan sebagai berikut : Tim Penilai tingkat pusat dibentuk oleh Sekretaris Jenderal dan pada tingkat Direktorat/Unit oleh Kepala Pusat Promosi Kesehatan, sedangkan tingkat Provinsi oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, dan pada tingkat Kabupaten/kota oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Lingkup/ruang tugas dari jabatan ini meliputi tingkat pusat dan daerah sebagai berikut :
• Pusat: Pusat Promosi Kesehatan dan Unit lain di dalam dan di luar Depkes.
• Daerah Provinsi : Unit yang mengurusi PROMKES/PKM/PSM dan unit lain di lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi.
• Daerah Kabupaten/Kota : unit yang mengurusi PROMKES/PKM/PSM dan unit lainnya.
• Rumah Sakit Umum : Unit PROMKES/PKM dan unit lainnya.

• Puskesmas : yang melaksanakan Promkes/PKM/PSM/Pemberdayaan masyarakat.

• Unit lain : Balai Kesehatan, Balai Diklat Kesehatan dll.

• Masyarakat : Bantuan untuk swasta dan LSM.